Retail Marketing : Knowledge dan Sebuah Perubahan

Dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun, volume konsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) naik lima kali lipat lebih dibandingkan awal tahun 2000. Konsumsi air minum kemasan telah menjadi lifestyleMenjadi bagian dari basic want and services spending.

Kompetisi pemasaran ritel produk minuman kemasan juga makin tinggi. Populasi penduduk Indonesia yang makin besar dan tumbuhnya kelas sosial ekonomi menengah, jadi pasar menjanjikan bagi produsen. Produk makin beragam dan menjanjikan benefit lebih tinggi, lebih sehat, lebih aman. Untuk meraih market share tertinggi, maka edukasi terkait produk dan layanan terus dilakukan. Ini tentu untuk menangkap need pelanggan. Selain itu,marketer memahami kompetitor dan selalu update terkait perubahan regulasi pemerintah dan informasi pasar lainnya.

Kompetisi produk minuman kemasan yang terdiri dari packaged water, tea, juice, isotonik, sparkling water dan energy di Indonesia makin ketat. Banyak sekali produk baru muncul.Awareness yang dibangun melalui berbagai media makin attractive. Konsumen diberikan banyak pilihan. Upaya meningkatkan market desired index melalui ide dan gagasan marketing yang inovatif makin luar biasa.

Memahami produk retail, tentu bukan hanya terkait pada kekuatan knowledge for customer. Dimana, produsen paham kebutuhan pelanggan, khususnya pada kualitas produk dan layanan serta benefit yang harus diterima. Namun lebih jauh, kemasan marketing dalam retail product harus lebih kuat dalam memahami knowledge about customer danknowledge from customer.

Knowledge about customer lebih kuat menajamkan pada pendekatan pemahaman customer profiling untuk prospective maupun current customer dan memiliki kemampuan mengelola dan mengintegrasikan informasi yang dihimpun dari intermediate maupun end user.

Riset juga hendaknya kritis dan inovatif, khususnya terkait knowledge from customer. Yaitu, bagaimana mampu menangkap informasi yang terserak tentang kekuatan perusahaan, khususnya terkait marketing, sales, support.

Pengetahuan pelanggan ini makin menarik saat kita tinjau lebih dalam. Pada situasi lokal, saat ini jumlah toko dan warung permanen yang menjual makanan dan minuman lebih 30% dari total usaha perdagangan di Surabaya. Mengetahui secara lengkap, potret pelanggan end user dan intermediate user ini akan membawa pada perubahan model marketing kita. Tentu kita paham, bagaimana produsen harus menghitung berapa unitbrand kita yang ada dalam cooler maupun product display share. Pertanyaannya, bagaimana produk kita bisa masuk dan menjadi utama di main store kita, baik di tiap area maupun store segment.

Store sebagai intermediate user punya bargain kuat menentukan brand yang harus mengisicooler mereka. Posisi store, warung, kafe menjadi dominan sebagai jalur distribusi utama produk retail. Transaksi yang terjadi antara end user dan intermediate user sekilas tampak sederhana, namun menyimpan banyak model marketing. Apalagi store, warung, cafe memiliki kemampuan dan kedekatan langsung dengan end user melalui promosi mereka. Ditambah makin tingginya intensitas cangkrukan, nongkrong atau kongko-kongko.

Mengenal lebih dalam tentang customer profile dan melakukan research untuk menangkap informasi pelanggan menjadi makin penting. Tentu dengan tidak abai pada kekuatan mental resources yang meliputi technology, information, knowledge, creativity. Di mana saat ini, muncul berbagai tren dalam retail marketing yang sangat dipengaruhi gadget technologydan internet yang memungkinkan inovasi retail marketing makin menarik.

Tren marketing saat ini mengutamakan kekuatan pengalaman customer, keinginan untuksharing makin mobile, multi channel, serta kekuatan big data yang melibatkan informasi dari berbagai sumber dapat diakses dengan cepat, mudah dan tepat maka produsen minuman harus terus menangkap informasi pelanggan. Khususnya menangkap perubahan. Bagaimanapun lifestyle dan pola konsumsi ini berubah dengan cepat. Salam.(wh)

By: Unung Istopo